Sunday, January 20, 2013

jangan sampe idup gua lo politisasi juga

Sebagai salah satu orang yang belajar hukum, saya mempunyai perasaan tidak puas akan "kelakuan" hukum di tanah air. Budaya hukum di tanah air bisa dibilang masih rendah, dengan berbagai standar yang ada. Parahnya lagi, saat ini hukum seakan menjadi budak politik, atau bisa dikatakan politisasi hukum. Seharusnya, hukum menjadi batu pijakan bagi setiap langkah yang akan dibuat kedepan, bukannya membuat  batu pijakan untuk membenarkan langkah. Tambah parahnya lagi, ajang politisasi ini masuk kesemua lini kehidupan tanpa dirasakan oleh banyak orang.

Contoh terdekat adalah, tentang dunia pendidikan di tanah air. Tentang SISDIKNAS yang seolah-olah seperti kupu-kupu, selalu mengalami metamorfosis dari tahun ke tahun. Ini bukan kebiasaan yang sehat bagi tubuh pendidikan. Memang tak mudah mencampurkan banyak pemikiran tentang pendidikan, opsi A akan selalu di pandang kurang saat diandingkan dengan opsi B, begityu juga sebaliknya.

Idealnya, setiap sistem yang ada saat ini harus memiliki patokan yang pas. Seperti dalam hal pendidikan, tak lain dengan undang-undang yang berasal dari hasil sumbangsih pakar pendidikan yang berkolabirasi pakar hukum untuk urusan drafting, dan diperjuangkan dengan ahli loby ilmu politik tanpa memutuskan rantai komunikasi sebelumnya. Terbentuk satu tolak ukur, maka gunakan itu dengan bantuan peraturan yang diawahnya sebagai pelengkap, urusan bongkar-bongkar isi undang-undang di cantumkan saja hanya bisa setiap 10-15 tahun sekali. Toh, menteri punya kekuatan untuk membuat kebijakan, memang iya harus erdebat dengan para law maker di DPR. Susahnya memang jika para law maker berlatar belakang bukan dari pendidikan, bukan datang sebagai anggota dewan setelah lepas semua kebutuhan dasarnya sehingga mau berjuang untuk rakyat, dan isa lepas dari politisasi.

do'a terbaik untuk Indonesiaku


Thursday, January 3, 2013

Negara itu??

Bukan baju yang dicari saat orang merasa lapar, namun makan, akan tetapi tak nyaman juga apabila makan tanpa baju. Kadang setiap orang memperlakukan negara seperti itu, tak butuh namun butuh akan tetapi tak penting tapi kebutuhan. Sedikit awal yang membingungkan seagai pengantar, namun memang itu yang banyak dirasakan manusia yang berstatus sebagai warga negara, khususnya mereka yang belum berkesempatan mendapat penghidupan yang layak. Ibarat kasur dan bantal yang nyaman saat tidur di malam hari, sangatlah simple harapan kebanyakan manusia terhadap negaranya, yes, nyaman.

Dalam negara, menurut saya, manusia akan di kotakan dalam dua kategori, manusia berbasis ilmu sosial dan manusia berbasis ilmu murni. Satu sama lain saling berpengaruh dan tidak dapat dipisaahkan dalam konteks “manusia” negara. Konsep negara yang sekarang, tak akan lepas dari dua kategori tersebut, dimana roda pemerintahan dijalankan dengan ilmu sosial dengan dukungan ilmu murni. Agenda penelitian yang semakin tinggi akan sebanding sejalan dengan tingkat kemajuan sebuah negara apabila dibarengi dengan dukungan “manusia” bebasis ilmu sosial dalam menentukan kebijakan negara.

Sejauh ini, tidak adanya kekakura dua kategori manusia ini yang menurut saya membuat terhambatnya “maju” untuk diletakkan setelah kata negara di “negaraku”.


Saturday, December 29, 2012

happy 6th wedding anniversary

Happy 6th anniversary untuk Ayahnya Mikail dan Ibunya Malik.

Pokoknya do'a terbaik untuk kakak dan kakak ipar terbaik.

Buat jagoan-jagoannya, buruan gede, nanti Om ajak jalan-jalan.

Miss You All, see you on 2013.