Bukan baju yang dicari saat orang merasa lapar,
namun makan, akan tetapi tak nyaman juga apabila makan tanpa baju. Kadang
setiap orang memperlakukan negara seperti itu, tak butuh namun butuh akan
tetapi tak penting tapi kebutuhan. Sedikit awal yang membingungkan seagai
pengantar, namun memang itu yang banyak dirasakan manusia yang berstatus
sebagai warga negara, khususnya mereka yang belum berkesempatan mendapat
penghidupan yang layak. Ibarat kasur dan bantal yang nyaman saat tidur di malam
hari, sangatlah simple harapan kebanyakan manusia terhadap negaranya, yes,
nyaman.
Dalam negara, menurut saya, manusia akan di
kotakan dalam dua kategori, manusia berbasis ilmu sosial dan manusia berbasis ilmu
murni. Satu sama lain saling berpengaruh dan tidak dapat dipisaahkan dalam
konteks “manusia” negara. Konsep negara yang sekarang, tak akan lepas dari dua
kategori tersebut, dimana roda pemerintahan dijalankan dengan ilmu sosial
dengan dukungan ilmu murni. Agenda penelitian yang semakin tinggi akan
sebanding sejalan dengan tingkat kemajuan sebuah negara apabila dibarengi
dengan dukungan “manusia” bebasis ilmu sosial dalam menentukan kebijakan
negara.
Sejauh ini, tidak adanya kekakura dua kategori
manusia ini yang menurut saya membuat terhambatnya “maju” untuk diletakkan
setelah kata negara di “negaraku”.
No comments:
Post a Comment